Sabtu, 01 April 2017

Explore Samarinda (part 3), Mengejar Sunrise di Puncak Samarinda

Hay... Hay...
Akhirnya rilis juga tulisan tentang ini.
Setelah nulisnya tertatih-tatih, nyuri-nyuri waktu disela dinas sampe bingung mau di tulis apa lagi..😁

Jadi, sekitar pertengahan bulan februari kemaren, dimana pikiran udah mulai suntuk, emosi mulai labil dan yang paling penting karena instagram sudah mulai berdebu.
Muncul lah hasrat buat nyari bahan buat diupload di instagram. Wkwkwkw...
Dan untungnya, temen-temen di ruangan juga sepikiran dan se-visi buat hunting poto yang ciamik beda dari biasanya.

Nah kebetulan dibusam (fyi, busam itu adalah grup bubuhan samarinda yang beroperasi di facebook dimana hampir seluruh masyarakat Samarinda bergabung disini untuk berbagi informasi atau sekedar membuka lapak untuk berjualan), sedang naik daun wisata alam ke puncak Samarinda. Dimana dari poto-poto yang di upload berupa pemandangan di ketinggian Samarinda, goa Samarinda dan air terjun yang letaknya di ujung sempaja Samarinda.

Dan Inisiatif dari Gina (Fyi, Gina nama asli Regina, adalah teman kuliah yang sekarang jadi teman sekantor dan teman seperjuangan untuk mendapatkan status pns saat ini), kami pun menyewa jasa tour guide untuk membawa kami menikmati puncak Samarinda tersebut,
Dengan biaya 70ribu per orang, kami sudah mendapat fasilitas antar jemput Pulang pergi dengan menggunakan mini jeep katana, gratis naik ke rumah panggung puncak Samarinda, dan jasa Potografer dari sang guide. 👍👍

Setelah mengatur jadwal dinas sedemikian hingga, tibalah hari dimana kami akan memulai 1 hari trip menuju negeri di atas awan tersebut. Ceilah...
Untuk mengejar sunrise, maka kami akan mulai perjalanan pukul 4 subuh.
Karena rumahku yang paling dekat, maka rumahku pun di jadikan basecamp bermalam sebelum kami pergi kesana.
Terdiri dari Regina, ka Mumuy dan ka Motik, kami berempat berdesak-desakan tidur di kamarku yang sempit. *maaf ya gaes fasilitasnya kurang memuaskan 😅*

Pukul 4.30 sang guide pun datang menjemput, alhamdulillah kami juga saat itu sudah siap untuk berangkat (kan biasa cewek-cewek agak rempong tuh kalo mau kemana-kemana, untung kali ini temanya natural jadi gak pake-pake dandan. Wkwwkkw 😆)

Menembus kota Samarinda masih subuh buta, jalanan pun terlihat lenggang, biasanya macet dengan hiruk pikuk klakson dan beberapa kendaraan tanpa tata krama yang mewarnai jalan raya, suasana Samarinda saat itu terasa sangat sejuk dan menenangkan.

Puncak Samarinda
Menuju ke arah Sempaja ujung dengan lika-liku jalanan berlubang yang udah kayak wisata Ofroad, akhirnya tepat pukul 05.30 kami tiba di wilayah berambai, tempat dimana puncak Samarinda berada.

Setelah selesai sholat Shubuh, kamipun segera menikmati pemandangan puncak Samarinda dan tidak lupa mengambil beberapa foto dengan latar keindahan puncak Samarinda tersebut.

Berada di ketinggian sekitar 250mdpl, jauh sih kalo di bandingkan sama puncak mt. andong yang ketinggiannya lebih dari 1700mdpl kemaren, tapi pemandangan yang tersajikan disini gak kalah indah dengan puncak Mt. Andong.


Pendar cahaya kuning mulai tampak di ufuk barat, membelah langit yang masih tampak gelap, di tambah dengan sisa-sisa kabut dan embun yang mulai terangkat dari hutan di bawahnya membentuk gumpalan pekat seperti awan, menambah keindahan pemandangan saat itu. Wajarlah tempat ini dinamakan Negeri di atas awan. Karena kita seperti berada di tengah-tengah, antara awan di langit dan awan dari gumpalan embun hutan berambai.



Goa Kelelawar
Setelah puas menikmati pemandangan dan mengambil banyak poto, kamipun beralih spot ke area goa kelelawar.



Goa ini hanya memiliki kedalaman sekitar 30 meter, tapi letaknya yang berada di ujung kota Samarinda membuat gua ini belum banyak terjamah tangan manusia, masih asri dan sedikit berbau karena adanya kotoran kelelawar di dalamnya.

Air Terjun Berambai
Tidak berlama-lama di goa kelelawar karena takut mengganggu habitat kelelawar didalamnya, kamipun segera menuju spot selanjutnya.
Yaitu air terjun Berambai.
Air terjun ini terdiri dari 3 tingkatan, tingkatan pertama merupakan air terjun pertama yang kami temui dan berupa air terjun dangkal. Lalu agak turun ke bawah melewati hutan, kami tiba di tingkatan kedua. Air terjun ini hanya setinggi kira-kira 3 meter dengan kedalaman sekitar 1-2 meter. Lalu air terjun ketiga, akses ke tingkatan ke tiga agak sedikit susah dan masuk kedalam hutan, aku pernah masuk sekali kesana sewaktu acara tafakur alam dengan teman-teman ngaji dulu. Ujung dari air terjun ini adalah sebuah goa lagi.


Perjalanan kami kali ini hanya sampai di tingkatan kedua. Karena tidak membawa baju ganti kami tidak berniat untuk berenang, kami hanya sekedar menikmati pemandangan dan mengambil beberapa poto.

Rumah kapal

Setelah dari air terjun, waktu sudah menunjukan pukul 9.30, sudah saatnya kami pulang.
Dalam perjalanan pulang, kami melewati sebuah rumah menyerupai kapal yang berada di atas kolam yang luas.
Rumah kapal ini dulunya adalah rumah seorang penghulu kaya raya bernama H. Said, beliau adalah penghulu yang termasuk kategori berani karena sering di pakai oleh anggota-anggota dewan untuk menikah siri atau pernikahan beda agama sekalipun.
Konon katanya beliau membangun rumah kapal ini untuk istri ketujuhnya. Tapi seiring berlalunya waktu, rumah ini ditinggalkan begitu saja tanpa terurus, mungkin karena letaknya yang jauh dari kota dan dulu belum banyak perkampungan di sekitar sini.


Hingga saat ini, rumah kapal ini hanya menjadi sebuah objek wisata yang tak terurus dan sudah mulai rusak dan bolong di beberapa bagian. Seakan-akan menunjukkan bahwa kapal tersebut telah terdampar dan tidak dapat melanjutkan perjalanan lagi.

Yups, itu dia cerita tentang pengalamanku meng-eksplore Samarinda edisi Negeri Diatas awan. Semoga bermanfaat.
Liburan gak melulu mesti ke mall atau ke cafe, atau ke luar kota dengan biaya yang gak sedikit.
Samarinda juga punya banyak potensi alam yang bisa dimanfaatkan untuk refreshing bahkan ngisi feed-feed instagram, yang tentunya dengan biaya yang minim. 😁

Ayo liburan dengan alam!!

3 komentar: