Selasa, 14 November 2017

Perempuan Lain

Seberapapun aku berusaha menjadi pemeran wanita utama, tetap saja aku adalah wanita lain dalam kisah mu.
Jika dalam kisahmu kau selalu menuliskan bahwa kau menyukainya karena keanggunan sifatnya, dia yang dengan tatapannya yang tajam namun lembut dalam bertindak, dia yang hanya tersenyum dan tak pernah terlihat cekikikan seperti gadis kebanyakan, maka aku hanya gadis kebanyakan tersebut.
Seberapapun aku berusaha bertindak anggun dan lemah lembut, nyatanya aku hanya bisa tertawa terbahak-bahak sambil memukul-mukul meja ketika ada lelucon receh yang di bicarakan seseorang.

Jika dalam kisahmu kau menuliskan bahwa kau jatuh cinta kepadanya karena kecerdasannya, kecerdasan yang jarang dimiliki pada gadis seusianya, maka aku hanyalah gadis lain seusianya yang sering pelanga pelongo dengan tatapan kosong saat ada yang menjelaskan mengenai suatu penjelasan teori.

Jika dalam kisahmu kau menuliskan bahwa kau jatuh cinta kepadanya karena kecantikannya, ia memiliki bentuk wajah yang simetris dan memiliki aura misterius, maapkan aku yang sama sekali tidak cantik ini. Yang memiliki banyak sekali kekurangan di setiap inci wajahku. Entah mata kiri dan mata kanan yang tidak simetris, hidup yang mancung kedalam, pipi yamg chubby penuh jerawat, bibir yang tebal dan gigi yang berantakan. Serta terlihat konyol saat sedang tersenyum.

Hmm...
Kini perasaanku pun berubah.
Dari perasaan ingin memiliki, menjadi perasaan apapun itu asal kamu bahagia.

Bukannya aku tak pernah mencintaimu.
Tapi dari awal kaulah yang membuatku tak pernah yakin kepadamu.
Kadang kau perlakukan aku layaknya aku adalah satu-satunya wanita di hatimu.
Tapi lain waktu kau perlakukan aku seperti wanita asing yang tak pernah kau kenal.

Kau harusnya tau..
Aku bukan seperti wanita-wanita penggoda itu.
Aku terlalu malu walau hanya sekedar penanyakan apa yang sedang kau lakukan saat ini.
Kau harusnya tau...
Aku tipe wanita yang terlalu gengsi walau hanya sekedar menelponmu duluan, mengungkapkan jika aku rindu padamu saat ini.
Kau harusnya tau...
Aku tidak mungkin meladeni seorang pria yang tidak kusukai kecuali aku menyukainya.

Tapi nyatanya kau tidak tau.
Dan kau tidak pernah bertanya.
Kau hanya perlahan-lahan pergi.
Mencari opsi lain.
Seakan aku tak berharga, aku hanya seorang calon pilihan yang akhirnya tidak kau pilih.
Padahal hatiku kepadamu tertaut begitu dalam.

Mungkin aku saja yang terlalu naif.
Berharap ada seorang pangeran yang datang, yang mencintaiku apa adanya, aku mencintainya juga apa adanya. Yang dengannya aku tak pernah merasa ragu.
Yahh... Walaupun beberapa seniorku di ruangan selalu mengatakan, kita tidak akan pernah benar-benar yakin saat kita sedang memilih calon pendamping hidup kita, akan selalu ada keraguan yang harus kamu sirnakan, karena tidak ada yang sempurna di dunia ini.
Yah... Walaupun aku selalu pesimis saat mendengar beberapa teman dan seniorku yang gagal dalam pernikahan dan beberapa tidak bahagia dengan pernikahan mereka...
Tapi aku ingin tetap meyakini, bahwa akan ada seseorang dan aku menginginkan seseorang itu, yang hatinya memiliki perasaan yang begitu dalam kepadaku.
Ah.. Aku memang terlalu naif.

Namun...
Jika kau tanya hatiku sekarang.
Tenang saja, tidak ada lagi kau di hati dan di pikiranku.
Walaupun sekarang terasa hampa, tapi aku terus meyakini jika suatu hari ada seorang pangeran yang akan datang dengan penuh keyakinan, cinta dan keberanian untuk mengungkapkan jika dia ingin bersamaku.

End.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar