Rabu, 05 Juli 2017

Mudik Samarinda - Banjarmasin yang Penuh Drama

Hai!
Mumpung masih suasana lebaran, adinda mw mengucapakan minal aidin wal fadizin, mohon maaf lahir dan batin yaa buat semua...

Kali ini mau nulis tentang pengalaman ku mudik ke Banjarmasin. Setelah sekian lama gak mudik, akhirnya nyuri-nyuri waktu libur di sela-sela dinas. Hmm...
Bermodalkan habis dinas pagi-libur 3 hari-lanjut dinas malam, di hari raya ke-2, akupun nekat buat nyusul mama-bapak buat mudik ke Banjar. Yups. Keluargaku sudah lebih dulu pergi mudik dari 1 minggu sebelum lebaran.

Jadi...
Tgl. 26 juni, tepatnya hari raya idul fitri kedua, aku saat itu masih dinas pagi, yang harusnya pulang pukul 14.30 pun terpaksa izin pulang jam 12.00 karena mengejar pesawat yang jadwal penerbangannya pukul 18.00.
Dari Samarinda menuju balikpapan aku menggunakan travel kanguru, dengan biaya 150.000 dan memakan waktu sekitar 3 jam. (Terima kasih ku ucapkan kepada kesayangan akoh, Fifin Naima yang udah sudi aku repotin minta antar ke kanguru dan nungguin sampe aku berangkat. Lope you full beb. 😊)


Sekitar pukul 15.30, akupun tiba di bandara sepinggan lalu segera masuk untuk mengantri bagasi. Sebenarnya bawaanku tidak banyak, hanya 1 buah ransel berisi baju dan....
Dipenser. Yups... Si emak bela-belain nyuruh aku beliin dispenser dari samarinda buat nenek. Yakali di Banjar gak ada yang jual dispenser. πŸ˜‘πŸ˜‘ dan dispenser inilah yang ku bagasikan di bagian OGG.


Setelah itu aku langsung masuk untuk check in. Menunggu sekitar 1.5jam, akhirnya pukul 17.30 kami di persilahkan untuk memasuki pesawat.
Pesawat yang kutumpang saat itu adalah wings air. Dengan tiket seharga +- 600rb ((kalo hari biasa tiket BPP-BDJ sekitar 300rb-400rb aja)), aku bisa berangkat menuju kampung halaman mama dan ketemu nenek serta para sepupu disana.


Pukul 19.00 akupun tiba di Bandara Syamsudin Noor. Cukup terkejut sebenarnya melihat kondisi Bandara ini, keadaannya sedikit kumuh, sempit dan kotor, jauh sekali berbeda dengan bendara sepinggan.

Keluar dari Bandara, sudah ada orangtuaku datang menjemput. Dan kamipun pergi menuju rumah nenek...
Jarak dari bandara ke rumah nenek lumayan jauh. Sekitar 1 jam perjalanan. Karena bandara terletak di BanjarBaru dan rumah nenek terletak di Banjarmasin.

Setibanya di rumah nenek, akupun menggunakan kesempatan itu untuk beristirahat, karena besok adalah jadwal keliling-keliling cari jodoh... eh salah... Keliling-keliling cari amplop... Eh salah lagi... Keliling-keliling silaturrahmi maksudnya... πŸ˜†πŸ˜†

Tgl. 27, aku sudah bangun sejak shubuh. Sarapan soto banjar bikinan mama, lalu bersiap-siap untuk silaturrahmi.
Di sela-sela bersilaturahmi kerumah keluarga kami juga mengunjungi beberapa tempat wisata yang sedang hits di Banjarmasin.
Yaitu Danau Galuh Cempaka dan Danau Seran.



Ini adalah beberapa potoku saat berada di sana.

Yah cukup menariklah untuk sejenis wisata alam anak mudanya Banjarmasin.

Tgl. 28, hari ini waktunya aku pulang. Singkat banget emang perjalananku di Banjarmasin 😒.
Pagi pukul 6, kami sudah berpamitan dengan keluarga dan nenek tercinta. Lalu kamipun beranjak pergi. Rumah nenek ku berada di sei. Mesa, masuk kawasan perkotaan karena letaknya tepat berada di seberang masjid sabilal muhtadin.
Begitu keluar gang, sudah ada taman siring di depan jalan.


Dan di deretan taman siring ini, akan kita jumpai pasar terapung yang beroperasi setiap hari minggu. Sayang sekali aku disana bukan saat hari minggu.

Agak kesana dari lokasi terapung, akan kita jumpai juga taman bekantan, yang menjadi ikonik kota banjarmasin. Dan aku memaksa bapak untuk berhenti dulu di taman tersebut untuk sekedar mengabadikan poto disana.πŸ˜†πŸ˜†


Perjalanan pun di lanjutkan.
Dari Banjarmasin kami kembali melewati BanjarBaru. Lalu tiba di kota martapura, aku menyempatkan untuk mencari oleh2 di kota martapura. Kota ini di kenal sebagai kota intan, tapi untuk membeli intan sebagai oleh2 sepertinya dompet ku tidak sanggup. Ahaha.

Akupun hanya membeli beberapa gelang permata imitasi, kalung dari batu, tas, dan dompet dari manik-manik.
Dari Martapura kami melanjutkan perjalanan.
Melewati rantau, di rantau kami kembali bersilaturahmi ke tempat keluarga bapak. Lalu kami bebelok ke arah amuntai, tidak melewati kandangan karena mama ingin sekali makan bebek tanpa tulang amuntai yang sangat khas. Tiba di amuntai kamipun singgah di rumah makan banua lima untuk makan siang. Untuk bebek tanpa tulangnya sih lumayan menurutku, tapi terlalu mahal sih. Seporsinya di harga 50rb,padahal daging bebeknya tidak terlalu banyak. Hmm...


Dari amuntai, kamipun melanjutkan perjalanan dan tiba di tanjung, tabalong pukul 4 sore.
Sebenarnya waktu tempuh dari Banjarmasin-Tanjung hanya berkisar 5-6 jam, tapi karena perjalanan kami kali ini santai di sertai dengan silaturrahmi dan kebanyakan stop, jadilah kami menepuhnya dalam waktu 9 jam. 😁

Di Tanjung, kami menginap selama 2 hari. Tanjung adalah tempat mama dan bapak tumbuh, banyak keluarga dan teman2 yang mau mereka kunjungi.
Kami menginap di tempat kai husein, saudara bapak. Rumahnya karena berada di wilayah Baganja, yang sebagian besar pekerjaan masyarakatnya adalah mekhatam/bertani dan berkebun, tempat ini pun sangat sejuk dan dingin sekali di malam hari.

Esok paginya, kami di ajak mama untuk ke pasar Tanjung. Rumah dimana tempat mama tinggal dulu, tepat berada di bawah jembatan gantung. Termasuk rumah paling besar di masanya. Keluarga mama dari pihak kai memang berprofesi sebagai pedagang, dan juga sangat sukses di masanya. Hingga kini sih. Tapi rumah tersebut sudah di wariskan kepada sepupu mama yang saat itu tidak berada di tanjung.
Kusempatkan untuk mengambil beberapa poto di jembatan gantung Tanjung.


Malamnya kami menginap di murum pudak, adalah komplek pertamina tempat di mana tante/acil/mama yani tinggal. Yang kusuka dari rumah mama yani ini adalah, sangat2 bersih dan gak mungkin kesusahan air.

Tgl. 30, pagi pukul 06.00 setelah subuh, kamipun mulai beranjak pergi menuju Samarinda.
Di sambut oleh kabut pagi dan wilayah perumahan pertamina yang sangat asri, aku merasa sangat tentram. Ceilah...

Setelah melewati bundaran Api Tanjung, kami pun berangkat melewati Jaro. Kami singgah sebentar bersilaturahmi di tempat nenek Aluh yang tinggal di Jaro. Suami nenek Aluh berprofesi sebagai mantri/perawat, karena tempat ini masih jarang ada dokter praktek, maka rumah nenek Jaro pun sering kali ramai oleh pasien yang ingin berobat.

Dari Jaro kamipun melanjutkan perjalanan, melewati muara Uya lurus hingga tiba di perbatasan KalSel-KalTim, perjalanan dari Tanjung hingga tiba ke perbatasan cukup bagus. Jalanan licin dan mulus, namun begitu masuk ke wilayah kaltim, jalan rusak pun hampir sering kami temui. Hmm... Mungkin pemerintah perlu sekali memperhatikan wilayah perbatasan ini.
Lalu, dari perbatasan kira2 1 jam kemudian, kamipun tiba di Batu Kajang/Batu Sopang, dulu sekali, sekitar kelas 2-4 SD, aku pernah tinggal di daerah ini. Ku kenang saat aku memasuki hutan untuk mencari bambu pramuka dan melewati daerah pendulangan, ah... Ku rindu masa-masa itu.

Dari Batu Sopang, melewati belokan ke arah tanah grogot, kamipun lurus menuju koaro dan tiba di penajam sekitar pukul 12 siang, tepat saat orang akan melakukan sholat Jumat. Kamipun singgah di Masjid Agung Penajam. Masjid ini sangat luas walaupun tidak seluas islamic Center Samarinda, terdiri dari mungkin 3 lantai, lantai untuk jamaah perempuan ada di lantai 3.

Setelah bapak dan auli selesai sholat, kamipun menggelar koran untuk makan siang. Berbekal nasi dari rumah mama yani, kamipun duduk di bawah pohon, di parkiran masjid agung Penajam ini. Serasa camping... πŸ˜‚


Selesai makan, kamipun segera melanjutkan perjalanan menuju ferry, dan...
Tiba-tiba bapak menadapat telpon.
Dari om Jumri.
Yang mengajak bapak untuk berlibur 1 hari di Balikpapan.
Karena ada keluarga dari Pangkalanbun yang datang ke Samarinda.
Bapakpun mengiyakan.
Lupa kalo aku, anaknya, malam ini sudah masuk kerja untuk dinas malam. πŸ˜‘πŸ˜‘πŸ˜‘

Dengan membayar tiket ferry seharga Rp. 269.900,- kamipun menyebrang ke Balikpapan. Memakan waktu sekitar 30 menit, tepat pukul 15.30 kamipun tiba di Balikpapan.
Karena mereka masih mau liburan di Balikpapan, akupun terpaksa pulang ke Samarinda dengan Menggunakan bus.

Bapak mengantarku ke terminal Batu Ampar, dan saat itu semua bus masih terlihat kosong. Berjalan ke depan sedikit, di daerah pangkalan ojek, ada bus arah Samarinda yang sedang ngetem menunggu penumpang agar busnya penuh.
Walau bus tanpa Ac, akhirnya akupun terpaksa menaikinya.

Sekitar 15 menit kemudian, bus pun berangkat. Di dalam bus aku di tagih bayaran bus seharga 30rb.
Sekitar pukul 19.00 akupun tiba di terminal Samarinda. Dan menggunakan angkot menuju rumah. Celakanya...
Di tengah2 perjalanan, saat sedang menaiki gunung, eh... Si angkot mogok dan berjalan mundur. Aku langsung sawan, pucat, pasi. Tanpa alang2, akupun lebih meilih turun demi keamanan jiwa dan raga.😰

Akhirnya akupun lebih memilih order gojek saja.
Pun... Lama sekali ada yg accept orderanku.
Akhirnya setelah menggalau sekitar 15 menitan, adalah abang Gojek baik hati bersedia meng-accept orderanku. Dengan 15rb, akupun sampai di rumah dengan selamat.

Sungguh. Mudik tahun ini penuh warna dan cerita. πŸ˜†πŸ˜†

2 komentar:

  1. makanannya sukses buat ngiler kak heheh

    berita chelsea

    BalasHapus
  2. Daftar Casino | Online Casinos of the Future
    The most detailed deccasino and comprehensive μ œμ™•μΉ΄μ§€λ…Έ review of the Daftar Casino - a 1xbet korean well-designed, modern and popular online casinos with over 200 slot machines, table games and live

    BalasHapus