welcome

Rabu, 05 April 2017

Explore Samarinda (part 4), Tamasya Tipis-Tipis

Samarinda memiliki potensi alam yang menarik dan instagrammable yang wajib dikunjungi jika kalian anak Samarinda.

Jelajah Mahakam




Dinas pariwisata saat ini sedang giat-giatnya mempopulerkankan wisata bahari mengelilingi sungai mahakam dengan memanfaatkan kapal masyarakat yang disulap dengan nama kapal Jelajah.
Memiliki rute yang dimulai dari pelabuhan menuju jembatan Mahkota 2 lalu berputar menuju jembatan Mahakam, jelajah Mahakam ini menghabiskan waktu sekitar 2,5-3 jam lamanya.
Biaya yang dibutuhkan untuk wisata Jelajah Mahakam ini:
  • Jika hanya 1 rute dari pelabuhan menuju Jembatan Mahkota 2, biaya yang di butuhkan adalah 25 ribu
  • Jika 2 rute menuju Jembatan Mahkota dan Jembatan Mahakam akan dikenakan biaya 50 ribu.
Jika kalian melakukan perjalanan ini saat weekend, kapal jelajah ini akan singgah ke kampung tenun Samarinda Seberang. Selain dapat berbelanja kain tenun, kalian juga dapat menyaksikan proses pembuatan tenun disana secara langsung.




Aku sendiri dulu sebelum ada kapal jelajah pernah melakukan perjalanan wisata bahari ini dengan menyewa kapal kelotok di pelabuhan bersama teman-teman kuliah, dengan membayar 250rb kapal ini mampu mengangkut sekitar 30 orang dan kamipun di ajak berkeliling sungai mahakam.




Air Terjun Tanah Merah
Terletak di Dusun Purwosari, Desa Tanah Merah kecamatan Samarinda Utara atau sekitar 14 Km dari pusat Kota Samarinda.


Air Terjun yang hanya memiliki ketinggian sekitar 15 meter ini, mengalirkan air yang merayap di batuan besar kemudian jatuh menciptakan kolam yang lebar di bawahnya.
Meski hanya diatas lahan seluas 6 hektar, Taman Wisata Air Terjun ini sudah dilengkapi beberapa bangunan seperti Musholla, kolam renang anak-anak, area bermain dan gedung untuk pertunjukan.
Jika kita ingin merasakan suasana tenang, asri dan sejuk inilah tempat yang pas.

Telaga Permai Batu Besaung
Merupakan obyek wisata alam yang terletak di daerah Sempaja ujung. Jalan menuju Telaga Permai ini sangat menyegarkan, di kelilingi oleh sawah-sawah warga dan hutan yang masih rimbun.


Akses menuju telaga ini, Jika membawa motor atau mobil, harus di parkirkan terlebih dahulu di gerbang masuk, lalu berjalan kaki menuju air terjun berada.

Kawasan ini memiliki sejumlah air terjun dengan ketinggian yang rendah. Dari semua air terjun tersebut, terdapat telaga di bawah aliran airnya.


Air Terjun Pinang Seribu
Merupakan wisata alam yang terletak di kelurahan Sempaja Utara. Tepatnya di jalan padat karya, sekitar 6 km dari simpang bengkuring.


Memiliki bentuk air terjun yang unik, yaitu menyerupai seperti tangga sehingga dapat di panjati (namun tetap harus berhati-hati karena aliran airnya sangat deras).
Disana juga terdapat beberapa jenis permainan, seperti area outbound, sepeda air dan jembatan gantung. Terdapat juga tempat penginapan berupa villa dan gazebo.


Gunung Batu Putih



Batu Putih adalah kawasan perbukitan batu gamping. Terletak *tepat di belakang rumah* di kawasan Jalan Suryanata. Lokasinya sendiri cukup mudah ditemukan. Ada 2 akses menuju gunung Batu putih ini.


Pertama, Masuk ke dalam Perumahan Graha Indah, lebih kurang 500 meter, terdapat pertigaan jalan berbatu, segera belokkan kendaraan ke arah kanan, terdapat tanjakan, ikuti jalurnya hingga ke atas, melewati lapangan tanah liat dan dua belokan ukuran sedang. Sesampainya di atas, terdapat permukaan datar seluas 400 m2, yang bisa digunakan untuk kegiatan kemah atau sekadar duduk dan menikmati senja dari atas ketinggian.
Atau jalan masuk kedua, yaitu dari komplek Batu Putih. Dari pintu gerbang masuk lurus kira-kira 200m, akan ada tanjakan, tetap ikuti jalur. Kiri kanan akan terlihat warga yang sedang membuat batu bata dari tanah liat. Lalu terus menanjak *sudah ngos-ngosan sih*, hingga sampai ke puncak gunung kita akan di sajikan area dimana kita dapat melihat keseluruhan kota Samarinda dari atas sini.


Bukit Steleng



Bukit ini pernah membuat heboh grup facebook Bubuhan Samarinda, ketika ada salah seorang netizen memposting foto kota Samarinda dari bukit ini. Pasalnya, kita bisa melihat Sungai Mahakam dan sebagian wajah kota Samarinda dari ketinggian ini.


Jika ingin ke sana, bisa dari Jalan Lumba-Lumba, Selili. Menyusuri jalan, hingga kita sampai di gang 2,  masuk jalur ke bukit steleng dan kemudian parkir di halaman sebuah SD. Lalu mulai mendaki ke atas sampai kira-kira 30 menit.
Sesampainya di atas kita akan di sambut dengan ilalang di sepanjang dataran bukit, lalu tampak keindahan sungai mahakam dan pemukiman rumah warga di bawahnya.

Gunung RCTI



Bukit ini dikenal dengan nama Bukit Palaran RCTI. Kenapa? Karena disitu ada pemancar/ transmisi stasiun televisi RCTI. Terletak di Jl. Dwikora, Kelurahan Mesjid, Kecamatan Samarinda Seberang.


Bukit ini tidak terlalu tinggi namun cukup bagus untuk melihat Sungai Mahakam dari ketinggian. Akses jalannya pun mudah tidak jauh dari keramaian.
Apabila kita dari tengah kota, kita bisa melalui jembatan Mahakam kemudian belok kiri mengikuti jalan ke arah Mangkupalas. Carilah terminal atau kumpulan angkot berwarna kuning. Ada jalan setapak untuk bisa naik sampai di atas.

Bukit Tanjung/ Bukit Teletubies



Ini adalah nama bukit yang baru-baru ini mulai tenar. Letaknya di Lempake menuju ke Waduk Benanga. Memiliki daya tarik lanskap bukit hijau yang menyediakan pesona sunrise ataupun sunset yang bisa dinikmati di tempat ini.
Trekking-nya untuk bisa ke atas bisa dikatakan mudah, berada di area persawahaan tidak jauh dari SMP 13 Lempake.

Danau Cermin



Berlokasi di Loa Bakung, Letak Danau Cermin ini dibilang cukup strategis karena masih masuk dalam wilayah kota Samarinda.
Entah kenapa namanya bisa jadi begitu. Mungkin nyontek dari Danau Labuan Cermin yang ada di Biduk-biduk dan memiliki warna serupa.
Danau ini merupakan area bekas galian tambang yang terbentuk secara alami akibat genangan air hujan. Entah bagaimana, air yang terbentukpun berwarna biru bening dan dikelilingi pohon-pohon dan tanaman liar disekitarnya.


Area ini menjadi hits karena sebagian besar dikunjungi anak medsos yang mengabadikan pemandangan disini melalui instagram, path dan sebagainya.

Sabtu, 01 April 2017

Explore Samarinda (part 3), Mengejar Sunrise di Puncak Samarinda

Hay... Hay...
Akhirnya rilis juga tulisan tentang ini.
Setelah nulisnya tertatih-tatih, nyuri-nyuri waktu disela dinas sampe bingung mau di tulis apa lagi..😁

Jadi, sekitar pertengahan bulan februari kemaren, dimana pikiran udah mulai suntuk, emosi mulai labil dan yang paling penting karena instagram sudah mulai berdebu.
Muncul lah hasrat buat nyari bahan buat diupload di instagram. Wkwkwkw...
Dan untungnya, temen-temen di ruangan juga sepikiran dan se-visi buat hunting poto yang ciamik beda dari biasanya.

Nah kebetulan dibusam (fyi, busam itu adalah grup bubuhan samarinda yang beroperasi di facebook dimana hampir seluruh masyarakat Samarinda bergabung disini untuk berbagi informasi atau sekedar membuka lapak untuk berjualan), sedang naik daun wisata alam ke puncak Samarinda. Dimana dari poto-poto yang di upload berupa pemandangan di ketinggian Samarinda, goa Samarinda dan air terjun yang letaknya di ujung sempaja Samarinda.

Dan Inisiatif dari Gina (Fyi, Gina nama asli Regina, adalah teman kuliah yang sekarang jadi teman sekantor dan teman seperjuangan untuk mendapatkan status pns saat ini), kami pun menyewa jasa tour guide untuk membawa kami menikmati puncak Samarinda tersebut,
Dengan biaya 70ribu per orang, kami sudah mendapat fasilitas antar jemput Pulang pergi dengan menggunakan mini jeep katana, gratis naik ke rumah panggung puncak Samarinda, dan jasa Potografer dari sang guide. 👍👍

Setelah mengatur jadwal dinas sedemikian hingga, tibalah hari dimana kami akan memulai 1 hari trip menuju negeri di atas awan tersebut. Ceilah...
Untuk mengejar sunrise, maka kami akan mulai perjalanan pukul 4 subuh.
Karena rumahku yang paling dekat, maka rumahku pun di jadikan basecamp bermalam sebelum kami pergi kesana.
Terdiri dari Regina, ka Mumuy dan ka Motik, kami berempat berdesak-desakan tidur di kamarku yang sempit. *maaf ya gaes fasilitasnya kurang memuaskan 😅*

Pukul 4.30 sang guide pun datang menjemput, alhamdulillah kami juga saat itu sudah siap untuk berangkat (kan biasa cewek-cewek agak rempong tuh kalo mau kemana-kemana, untung kali ini temanya natural jadi gak pake-pake dandan. Wkwwkkw 😆)

Menembus kota Samarinda masih subuh buta, jalanan pun terlihat lenggang, biasanya macet dengan hiruk pikuk klakson dan beberapa kendaraan tanpa tata krama yang mewarnai jalan raya, suasana Samarinda saat itu terasa sangat sejuk dan menenangkan.

Puncak Samarinda
Menuju ke arah Sempaja ujung dengan lika-liku jalanan berlubang yang udah kayak wisata Ofroad, akhirnya tepat pukul 05.30 kami tiba di wilayah berambai, tempat dimana puncak Samarinda berada.

Setelah selesai sholat Shubuh, kamipun segera menikmati pemandangan puncak Samarinda dan tidak lupa mengambil beberapa foto dengan latar keindahan puncak Samarinda tersebut.

Berada di ketinggian sekitar 250mdpl, jauh sih kalo di bandingkan sama puncak mt. andong yang ketinggiannya lebih dari 1700mdpl kemaren, tapi pemandangan yang tersajikan disini gak kalah indah dengan puncak Mt. Andong.


Pendar cahaya kuning mulai tampak di ufuk barat, membelah langit yang masih tampak gelap, di tambah dengan sisa-sisa kabut dan embun yang mulai terangkat dari hutan di bawahnya membentuk gumpalan pekat seperti awan, menambah keindahan pemandangan saat itu. Wajarlah tempat ini dinamakan Negeri di atas awan. Karena kita seperti berada di tengah-tengah, antara awan di langit dan awan dari gumpalan embun hutan berambai.



Goa Kelelawar
Setelah puas menikmati pemandangan dan mengambil banyak poto, kamipun beralih spot ke area goa kelelawar.



Goa ini hanya memiliki kedalaman sekitar 30 meter, tapi letaknya yang berada di ujung kota Samarinda membuat gua ini belum banyak terjamah tangan manusia, masih asri dan sedikit berbau karena adanya kotoran kelelawar di dalamnya.

Air Terjun Berambai
Tidak berlama-lama di goa kelelawar karena takut mengganggu habitat kelelawar didalamnya, kamipun segera menuju spot selanjutnya.
Yaitu air terjun Berambai.
Air terjun ini terdiri dari 3 tingkatan, tingkatan pertama merupakan air terjun pertama yang kami temui dan berupa air terjun dangkal. Lalu agak turun ke bawah melewati hutan, kami tiba di tingkatan kedua. Air terjun ini hanya setinggi kira-kira 3 meter dengan kedalaman sekitar 1-2 meter. Lalu air terjun ketiga, akses ke tingkatan ke tiga agak sedikit susah dan masuk kedalam hutan, aku pernah masuk sekali kesana sewaktu acara tafakur alam dengan teman-teman ngaji dulu. Ujung dari air terjun ini adalah sebuah goa lagi.


Perjalanan kami kali ini hanya sampai di tingkatan kedua. Karena tidak membawa baju ganti kami tidak berniat untuk berenang, kami hanya sekedar menikmati pemandangan dan mengambil beberapa poto.

Rumah kapal

Setelah dari air terjun, waktu sudah menunjukan pukul 9.30, sudah saatnya kami pulang.
Dalam perjalanan pulang, kami melewati sebuah rumah menyerupai kapal yang berada di atas kolam yang luas.
Rumah kapal ini dulunya adalah rumah seorang penghulu kaya raya bernama H. Said, beliau adalah penghulu yang termasuk kategori berani karena sering di pakai oleh anggota-anggota dewan untuk menikah siri atau pernikahan beda agama sekalipun.
Konon katanya beliau membangun rumah kapal ini untuk istri ketujuhnya. Tapi seiring berlalunya waktu, rumah ini ditinggalkan begitu saja tanpa terurus, mungkin karena letaknya yang jauh dari kota dan dulu belum banyak perkampungan di sekitar sini.


Hingga saat ini, rumah kapal ini hanya menjadi sebuah objek wisata yang tak terurus dan sudah mulai rusak dan bolong di beberapa bagian. Seakan-akan menunjukkan bahwa kapal tersebut telah terdampar dan tidak dapat melanjutkan perjalanan lagi.

Yups, itu dia cerita tentang pengalamanku meng-eksplore Samarinda edisi Negeri Diatas awan. Semoga bermanfaat.
Liburan gak melulu mesti ke mall atau ke cafe, atau ke luar kota dengan biaya yang gak sedikit.
Samarinda juga punya banyak potensi alam yang bisa dimanfaatkan untuk refreshing bahkan ngisi feed-feed instagram, yang tentunya dengan biaya yang minim. 😁

Ayo liburan dengan alam!!