welcome

Senin, 27 Februari 2017

Mendaki di Gunung Andong!!

Mau cerita sedikit pamer tentang pengalaman pertamaku mendaki gunung.
Sebenarnya bukan yang pertama-pertama banget sih, sebelumnya juga sering ngedaki gunung di Samarinda.
Tapi kalo di Samarinda namanya bukan gunung kali yaa. Sebutannya lebih ke arah Bukit? Tanjakan? Dataran tinggi? Ntahlah.
Yang pasti di samarinda gak ada gunung.

Jadi inilah kisahku, pertama kali mendaki gunung.



Gunung itu namanya Mt. Andong, dengan ketinggian 1726 mdpl, bertempat di Magelang, Jawa tengah.
Kunaiki sekitar awal November 2016, Masuk dalam itinerary liburan ke Jogja kmaren sebenarnya. Karena aku emang pingin banget ngerasain naik gunung sambil gendong carrier (padahal gak kuat juga sih) 😁

Ditemani dengan temanku yang baik banget, namanya Dessy, dia temanku saat smp (saat ini dia sedang sibuk kerja sambil melanjutkan pendidikan apotekernya di Jogja). Dessy juga mengajak teman laki-lakinya, biar ada guard katanya.

Pukul 3 sore kami berkumpul di MC-D dekat terminal Jombor, disanalah pertama kalinya aku berkenalan dengan 3 orang teman baruku, mereka adalah Bang Yance, ka Okta dan mas pram. Bang Yance adalah yang paling tua diantara kami, sehingga otomatis dialah yang menjabat sebagai ketua regu. Lalu ada Ka Okta yang ternyata merupakan pacarnya Dessy, dan mas Pram, dia sih mengakunya mantan mahasiswa yang sekarang berprofesi sebagai Job Haunter.

Setelah cukup saling kenal, kamipun segera melanjutkan perjalanan. Dengan menggunakan motor kami pergi menuju ke arah Magelang sampai ke wilayah Grabag-Ngablak, tepatnya di Dusun Sawit. Menempuh perjalanan sekitar 3 jam, akhirnya kami tiba di Basecamp pendakian tepat ketika magrib.

Kamipun beristirahat sejenak, sholat, makan, sambil mempersiapkan diri untuk pendakian. Bang Yance mengatakan kami akan mulai mendaki sekitar pukul 9 malam.
Aku yang saat itu sangat excited gak bisa diam, menghabiskan waktu sambil berkeliling di sekitaran basecamp. Melihat papan-papan pengumuman, dan membaca aturan serta rute untuk mendaki gunung. Rumah-rumah warga disini masih sangat sederhana, masih beratapkan sirap dan suasananya sangat tenang dan sejuk, padahal saat itu baru pukul 8, tapi sudah sangat hening dan gelap.


Oiya, jika kita ingin mendaki gunung andong, sebelumnya kita di haruskan untuk membayar biaya retribusi sebesar Rp. 7000,-, mengisi buku daftar pendakian Serta membayar biaya parkir sepeda motor.

Tepat pukul 9, di pimpin oleh bang Yance, kami berdoa dan memulai perjalan.

Rute pendakian.
Dari basecamp kami berjalan menuju kearah dalam, awalnya masih ada rumah-rumah warga, makin kedalam suasana makin gelap, perjalanan kami hanya mengandalkan cahaya senter yang kami bawa, melewati ladang yang sebagian besar ditanami oleh sayuran berupa kol dan kubis akhirnya kami sampai di gapura pintu masuk pendakian gunung Andong. Kata bang Yance, jika suasananya terang kita bisa melihat gunung merapi, merbabu, sindoro, dan gunung sumbing dari sini.
Dari gapura ke pos 1 rute yang kami lalui masih lumayan ringan, dikelilingi hutan pinus yang asri, suasana malam yang lembab dan suara-suara binatang dalam hutan, aku menikmati perjalanan ini.
Kira-kira 35 menit dari gapura kami tiba di pos 1, pos Gili Cino. Kami gunakan untuk sekedar duduk dan beristirahat sebentar. Lalu kamipun melanjutkan pendakian menuju pos kedua.

Dari pos 1 ke pos 2, rute perjalanan sudah mulai berat, mungkin karena kurang olahraga dan gak terbiasa naik gunung, aku sudah mulai ngos-ngosan dan sering berhenti untuk beristirahat (maafkan aku bang yance, ka okta dan mas pram, udah mereka bawaanya banyak, sering ku stopin lagi 😅). Menghabiskan waktu sekitar 40 menitan (karena keseringan stop), akhirnya kami tiba di Pos kedua, pos Watu Gambir.

Dari pos kedua, rute makin berat, medan pendakian makin curam dan aku tambah ngos-ngosan 😁😁😁. Setelah beberapa saat (beberapa kali stop ngatur nafas), akhirnya kami tiba di pertigaan menuju puncak makam. Makam ini katanya makam keramat, kalau aku cari di google, ini adalah makam syeikh Joko Pekih, yang katanya adalah salah satu wali dan makan ini sering di ziarahi olah orang-orang pada bulan dan Hari-hari tertentu.
Tapi yang terpenting adalah, dari sini kita sudah melihat pemandangan gugusan bintang-bintang dan cahaya yang tersusun dari lampu-lampu rumah warga di bawah.

Dengan masih ngos-ngosan, kami terus melanjutkan perjalanan menuju puncak. Sekitar 40 menit dari basecamp kedua, akhirnya kami tiba juga di puncak dan mereka memberikan kesempatan padaku untuk menginjak puncak pertama kali. Yeahh... Senang!!! Akhirnya...
Dan kami saat itu memang orang pertama yang tiba di puncak Andong.

Angin dan kabut di puncak Andong sangat tebal, kamipun segera membangun tenda untuk meletakkan barang-barang kami. Saat itu sudah menunjukan pukul hampir 00.00. Aku berkeliling sebentar untuk menikmati puncak andong di tengah malam, malam itu sepi. Hanya ada kami berlima. Mas pram menceritakan pengalaman sebelumnya di gunung Andong, ketika weekend, bahkan tidak mendapat tempat untuk mendirikan tenda di camping ground.

Malam semakin larut, bang Yance menyuruh kita untuk beristirahat, dipinjamkan sleepingbag oleh dessy akupun mencoba untuk tidur. Suasana saat itu terasa makin dingin, di sertai kabut yang tebal dan angin yang kencang, sleepingbag saja tidak membantu untuk menghangatkan tubuh. Mas pram pun menawarkan untuk membuatkan susu hangat. Dengan peralatan masaknya yang ringkas (aku sempat terpana melihat alat masak pendaki yang praktis semua bagian serba guna), dia mendidihkan air. Bahkan air yang mendidih itu hanya terasa hangat di tanganku.


Akupun mencoba untuk tidur, sekitar pukul 3, sayup-sayup ku dengar ada pendaki lain yang berdatangan. Setelah itu ntahlah, aku terbangun ketika ku dengar sayup-sayup suara azan Shubuh dari bawah terdengar.
Jam saat itu menunjukkan pukul 5. Ahh ada seberkas cahaya di timur.
Aku segera mencuci wajahku dengan air, dan... Dingin!
Dan menghirup udara dalam-dalam, ahh... Udara gunung di pagi hari. Menyegarkan.
Dan... Sudah ada 6 tenda lain di sekeliling kami. Rupanya ada teman. 😁

Suasana saat itu masih gelap, dan aku hanya duduk di depan tenda menghadap ke langit menyongsong sang surya membawa warna orangenya yang indah dan hangat.
Kabut tebal mulai tergantikan dengan kristal-kristal embun, langit sudah mulai terang, dan aku menghabiskan pagi untuk mengabadikan moment pertama kalinya aku menginjakan kaki di gunung.


Berlatarkan gunung merbabu di depan mata, awan tebal serasa berada di langit, suasana yang segar dan pepohonan pinus yang asri, sungguh, Allah sudah menciptakan bumi ini dengan begitu sempurna.




Setelah puas menikmati pagi di puncak andong, kamipun mulai berkemas untuk segera turun.


Jam 9, kamipun turun dari puncak.
Mungkin karena medan turun, waktu yang di butuhkan untuk turun lebih cepat, padahal kami sempat berleha-leha dulu di pos 2 sekedar untuk menikmati dan mengabadikan keasrian hutan pinus.


Demikian sedikit cerita tentang pengalamanku mendaki puncak Andong, pengalaman sebenarnya hanya bisa di rasakan jika kita melakukannya langsung, berada disana, dan menikmatinya sendiri.
Terima kasih buat Desay, bang Yance, ka Okta, dan mas Pram, buat unforgettable experience nya. Salam rindu untuk kalian. 😘😘



1 komentar: