welcome

Rabu, 22 Maret 2017

Kisah Erika

Kisah ini di awali pada suatu siang di bulan november.
Ada seorang bayi perempuan tiba di ruanganku dengan riwayat ibu mengalami gangguan kejiwaan.
Kuterima ia pertama kali, ku cek identitas lengkap dan jenis kelaminnya. Ku perhatikan wajahnya.
Tubuh mungil dengan berat 2600gr, memiliki wajah bulat, mata belok dan pipi kelewat chubby.
Lucu, imut, menggemaskan.

Hari-hari berlanjut, makin ke senangi bayi ini.
Dia tidak cengeng kecuali jika haus.
Dia hanya menatap melotot ke arah kita saat kita mengajaknya bicara.

Ini poto Erika waktu melotot. Lucukann...

Tidak hanya aku, perawat yang lainpun suka bermain dengannya.
Ku katakan jika dia seperti mempunyai aura memikat orang-orang agar cepat menyayanginya.

 Ini waktu kita pakaikan jilbab. Cantik 😘

2 minggu dia berada diruang bayi, belum ada kejelasan mengenai nasibnya. Kami makin menyayanginya.
Excited karena seperti ada mainan baru yang menggemaskan.
Kami bergantian membelikannya baju-baju lucu ala princess. Kami dandani iya. Kami dokumentasikan pose-pose lucunya.
Entah sejak kapan, kami mencintainya bagai anak sendiri.


Sampai suatu saat, mungkin karena terlalu lama di ruang perawatan tanpa adanya kejelasan, pihak rumah sakit mulai turun tangan.
Diambil alih bagian tippiker, akhirnya Erika menjadi tanggungan negara dan akan di rawat di panti asuhan.
Sedih aku mendengarnya.
Bukan tidak ada yang mau mengurus, banyak dari kami yang ingin mengadopsinya, tapi dari pihak yayasan tidak di izinkan. Karena status ibunya mengalami gangguan kejiwaan. Tidak bisa di mintai  kesaksian dari ranah hukum untuk surat mengadopsian.

Ah.. Erika.
Nasibmu sungguh tragis.

Hari ketika dia di jemput. Adalah hari paling mengharukan. Masing-masing dari kami tidak tega melepas kepergiannya. Kami sudah terlanjur menyayanginya. Dan seolah tahu, Erika pun terlihat cengeng dan pasrah ketika di bawa. 😢😢

Tapi setelah aku berpikir, mungkin ini yang terbaik untuknya.
Toh aku masih bisa menjenguknya nanti di panti.

Ini waktu acara tasmiyahan erika di panti

Beberapa kali aku berkunjung ke panti asuhan tempat Erika tinggal, ku amati anak-anak yang juga tinggal disana.

Kudapati kisah lain..
Kisah yang lebih tragis dan menyakitkan.

Sebagian besar penghuni panti adalah perempuan belia yang sedang hamil maupun sudah melahirkan.
Perempuan belia hamil tersebut adalah korban-korban kekerasan seksual, korban perkosaan dan korban KDRT.
Yang paling muda bahkan masih berumur 12 tahun, kelas 6 SD, di perkosa oleh ayah tirinya sendiri.

Tapi di balik cerita kelam mereka, ada satu hal yang membuat ku kagum...
Sekecil itu, semuda itu, mereka memiliki jiwa keibuan yang besar. Mereka menyayangi anak-anak mereka.
Mereka memperlakukan Erika dan bayi-bayi disana dengan sangat baik.
Mereka merawatnya dengan terampil.
Mereka bermain dan bercengkerama layaknya seorang ibu pada anaknya.
Orang tidak akan menyangka jika mereka baru berumur 12 tahun, 14 tahun, 16 tahun.
Aku sendiri, 12 tahun masih galau teriak-teriak ke orangtua minta naik uang jajan.

Dari sini aku percaya, kedewasaan bukan berpatokan pada umur, tapi pada beban hidup yang di berikan oleh Tuhan dan kemampuan kita untuk menjalaninya.

Mereka sangat muda. Tapi kisah hidup mereka lebih dewasa, lebih hebat.

1 komentar: